Rabu, 25 April 2012

Cerpen : Cowok Impian


Vina senang sekali Arif datang ke rumahnya. Cowok yang sudah lama ditaksirnya itu datang untuk mengerjakan tugas kelompok dari guru Bahasa Indonesia mereka. Tentu saja Arif tidak datang sendiri, tapi bersama-sama teman sekelas lainnya. Walau begitu Vina tetap senang, paling tidak cowok keren itu kini tahu alamat rumahnya.
Setalah dua jam lebih membuat tugas naskah drama, Vina dan teman-temannya bersantai di teras depan. Vina memberi teman-temannya itu kue-kue kering dan sirup dingin.

“Wah, nggak usah repot-repot Vin,” kata Andi. Tapi ketika ia berkata itu tangannya sudah menyerobot mengambil segelas sirup dan langsung meminumnya hingga tingal separuh.
“Iya Vin, nggak usah repot-repot.... keluarkan saja semuanya,” sahut Boni menyambung canda temannya. Ia pun mengambil segelas sirup.

“Ah, kalian ini bikin malu saja,” gerutu Neni melihat tingkah keduanya.
Vina tidak menanggapi kelakar dua badut kelas mereka itu. Ia malah memperhatikan Arif yang dari tadi diam saja. Cowok ini memang tidak banyak bicara, kesan cool begitu. Inilah yang membuat banyak cewek yang naksir, termasuk Vina.

“Ayo Rif, diminum,” kata Vina menyodorkan segelas sirup pada Arif.
“Wah, cuma Arif aja nih yang ditawarin minum,” goda Andi.
“Kalo kamu kan nggak perlu ditawarin udah langsung ambil sendiri, Ndi,” sahut Vina sewot.
“Maklum deh Vin. Andi kan cemburu tuh,” Boni ikut nimbrung.
Wajah Andi bersemu merah karena kata-kata Boni. Tak terdengar lagi suaranya. Memang selama ini ia diam-diam menaruh hati pada Vina.

Sedang asik kelimanya menikmati kue-kue kering sisa lebaran kemarin dan sirup dingin, seekor kucing gendut keluar dari dalam rumah.
“Sini manis,” pangil Vina melihat hewan peliharaannya datang.
Manis menurut dan berjalan ke arah Vina, lalu tidur di pangkuan tuannya. Vina mengelus-elus kucing kesayangannya itu.

“Gemuk sekali kucingmu Vin,” kata Neni.
“Iya..... mirip....,” sahut Boni sengaja menggantung kata-katanya.
“Kamu ini Bon, suka sekali mengejek Rina gendut. Biar jelek-jelek gitu kan dia teman kita juga,” sambung Andi.
“Jangan nuduh sembarangan dong Ndi. Aku mau bilang mirip Garfield kog,” bantah Boni.
Vina dan Neni tertawa dibuatnya. Arif pun terlihat tersenyum sedikit. Vina yang sempat melihat sekilas langsung terpikat. Tambah keren saja kalau dia tersenyum begitu pikirnya.
“Si Manis gendut begini lagi hamil,” jelas Vina akhirnya.
“Nah, kali ini kamu nggak bisa mungkir lagi Bon. Ayo tanggung jawab,” langsung saja Andi bersuara, takut didahului Boni.

“Enak aja. Masak aku yang bertangungjawab, kamu kan juga terlibat,” balas Boni.
Kembali Vina dan Neni tertawa, kali ini lebih keras. Arif yang tadinya hanya tersenyum, kini ikut tertawa kecil hingga gigi-giginya yang putih terlihat. Duh kerennya, gumam Vina dalam hati.

***

Dua minggu kemudian Arif kembali datang ke rumah Vina. Kali ini cowok itu datang sendiri dan bukan karena ada tugas kelompok. Katanya sih mau meminjam catatan fisika Vina.
Mula-mula Vina heran, karena biasanya teman-teman sekelas selalau meminjam catatan pada Irma, yang rajin mencatat bahan pelajaran. Makanya kemudian dia mulai menduga-duga, jangan-jangan Arif naksir aku ya? Vina jadi ge-er sendiri.

“Ini catatannya Rif,” kata Vina menyerahkan buku tulis yang bersampul pink itu pada Arif. Arif menerimanya dan membolak-balik isinya.
“Bisa kebaca nggak? Maklum tulisan dokter,” canda Vina lagi.
“Kebaca kog, tulisanmu lebih mending daripada tulisanku. Tulisanku malah mirip tulisan dokter hewan, jadi kayak cakar ayam,” sahut Arif.
Vina tertawa mendengar canda Arif. Ternyata kalau hanya berdua saja, cowok ini bisa juga melucu.
“Si Manis mana Vin?”

“Oh, tadi kayaknya lagi tiduran di belakang rumah. Kenapa? Kangen?”
“He... he.... kangen juga dikit. Kapan melahirkannya? Udah tau mau dibawa ke rumah sakit mana?”
“Sekitar dua minggu lagi. Belum tau mau melahirkan di rumah sakit mana. Punya saran nggak? Kamu kan dokter hewan Rif,” Vina membalas canda Arif.
Senang sekali Vina, ternyata Arif tidak ‘sedingin’ yang terlihat selama ini.
“Nanti aku kasih alamat praktekku deh,” jawab Arif dengan tampang sok serius. Vina tertawa dan Arif pun terlihat ceria. Kemudian keduanya terlihat aik ngobrol dan sesekali diiringi suara tawa.

***

Sepuluh hari kemudian Si Manis melahirkan. Ada tiga anaknya. Yang pertama berbulu coklat dan putih mirip ibunya, yang satu lagi hitam dan putih, dan yang terakhir (menurut Vina yang paling imut) bulunya terdiri dari tiga warna yaitu coklat, hitam dan putih.
Keesokan harinya segera saja berita itu diberitahukannya pada Arif.
“Rif, Si Manis sudah melahirkan.”

“Berapa ekor anaknya?” tanya Arif terlihat antusias.
“Tiga ekor, lucu-lucu deh Rif. Imut-imut banget.”
“Kapan aku boleh bezuk, penasaran juga liat anak Si Manis. Mirip Andi atau Boni ya?”
Sore harinya yang telah dijanjikan, Arif datang ke rumah Vina. Kali ini ia membawa sebatang coklat.
“Buat Si Manis,” begitu kata Arif.
“Duh, Si Manis nggak suka coklat Rif.”
“Kalo begitu buat tuan aja deh.”

Vina tertawa sambil menarik Arif ke dalam rumah dan membawanya ke tempat Si Manis dan anak-anaknya berada. Anak-anak kucing itu ternyata lagi menyusu pada induknya.
“Lucu-lucu kan Rif?”

“Iya, imut-imut sekali. Sayang nggak kelihatan wajahnya, jadi nggak kelihatan mirip Andi atau Boni.”
“Ah, kamu ini bercanda melulu,” kata Vina seraya mencubit lengan Arif dengan gemas.
“Duh,” Arif mengaduh dan coba balas mencubit, tapi Vina cepat-cepat menghindar. Keduanya kemudian tertawa, terlihat akrab sekali.

***

Sebulan kemudian. Sehabis magrib, Vina terlihat berdan habis-habisan di kamarnya. Kamar yang bisanya rapi itu kini jadi berantakan, kata orang dulu sih mirip kapal pecah. Pakaian-pakaian yang sudah dicobanya berserakan di lantai dan tempat tidur. Ada apa rupanya?

Oh... oh ternyata ‘pangeran’nya mau datang malam ini. Pangeran? Ya, siapa lagi kalau bukan Arif. Walaupun bukan malam minggu, tapi ini pertama kalinya Arif datang malam hari ke rumah Vina. Biasanya cowok itu selalu datang sore hari. Jadi harus disambut dengan berpenampilan sebaik mungkin, begitu pikir Vina.
Ketika asik berdandan di depan cermin, terdengar bel berbunyi.

Ting .....tong ...... ting ...... tong....
Vina mendengar langkah kaki dan kemudian suara ibunya yang membukakan pintu. Tak lama kemudian pintu kamarnya diketuk.

“Vin, ada temanmu datang,” beritahu ibu dari balik pintu.
“Ya Bu. Sebentar,” sahut Vina dengan suara agak keras.
Sebelum keluar dari kamar, sekali lagi Vina memastikan penampilannya. Setelah yakin sudah sempurna barulah ia membuka pintu dan melangkah ke teras depan. Di sana Arif sudah menunggu. Cowok itu terlihat gagah dengan jaket kulit hitam yang dikenakannya. Di balik jaket itu ia mengenakan kemeja biru, senada dengan warna celana jeans yang dipakainya.
“Hai Rif,” sapa Vina.
“Hai,” sahut Arif.

“Mau kemana Vin, rapi sekali?” tanyanya.
“Ah, nggak kemana-mana,” jawab Vina salah tingkah.
“Sebentar ya, aku ambilkan minuman dulu,” kata Vina lagi untuk menutupi rasa ‘salting’-nya itu.
Sekitar sepuluh menit Vina kembali dengan membawa suguhan. Kali ini agak istimewa, bukan kue kering yang dibawanya melainkan sepotong kue tart dan segelas sirup dingin.
“Wah, siapa yang ulang tahun nih, Vin?”
“Ah, nggak ada. Cuma lagi iseng aja belajar buat kue tart. Cobain deh Rif, mudah-mudahan enak, maklum baru belajar.”

“Hm, enak Vin,” puji Arif setelah mencicipi kue tart buatan Vina.
Vina jadi berbunga-bunga hatinya mendengar pujian sang cowok idaman.
Seperti biasa kalau keduanya bertemu, obrolanpun mengalir begitu saja. Mulai dari kisah-kisah sekolah, gosip selebritis hingga masalah dunia mereka bicarakan. Sampai suatu ketika Arif terlihat ingin mengatakan sesuatu.
“Vin, aku mau ngomong nih sama kamu,” ujar Arif.
Melihat perubahan sikap Arif yang mendadak serius, Vina jadi menduga-duga dalam hati. Mungkinkah malam ini Arif akan ‘menembak’ diriku alias menyatakan cintanya?
“Mau ngomong apa sih Rif. Kayaknya serius banget?”
Arif terdiam sebentar, seperti mencari kata-kata yang tepat.
“Begini Vin, aku mau.....,” kata Arif terputus.
Vina hanya diam saja, tapi dalam hati ia bersorak. Ayo terus Rif, ungkapkan saja isi hatimu. Aku tak akan menolak kalau kamu minta aku jadi pacarmu.
“Aku mau minta sesuatu sama kamu, Vin.”
Minta sesuatu? Vina jadi bertanya-tanya dalam hati. Mungkin maksud Arif mau minta hatiku kali ya?
“Minta apa Rif?” tanya Vina penasaran.
“Begini Vin, dua hari lagi kan ulang tahun adik sepupuku,” jelas Arif.
Lho , kog jadi melenceng soal sepupu Arif? batin Vina.
“Terus kamu mau minta apa Rif?” tanya Vina agak patah semangat.
“Sepupuku itu suka kucing Vin. Jadi aku ....”
“Kamu mau minta anaknya Si Manis ya?” Vina langsung sadar arah pembicaraan Arif.
“Eh, iya Vin. Itupun kalo kamu nggak keberatan.”
“Ya, boleh aja Rif. Apa sih yang nggak boleh buat kamu.”
“Duh. Makasih banget lo Vin. Kamu baik deh.”
“Udah, nggak usah muji-muji segala. Yuk, kita ambil ke belakang,” kata Vina seraya bangkit dari duduknya. Arifpun mengikutinya dari belakang.

Setelah malam itu Vina masih berharap suatu saat Arif akan menyatakan cintanya. Harapannya baru pupus ketika Mita, teman sekelasnya ber-infotaiment ria di kantin sekolah.
“Ternyata Arif sudah punya pacar loh.”
“Siapa Mit?” tanya Ranti yang selama ini juga naksir Arif.
Vina yang ikut mendengar hanya diam saja.

“Tika, teman SMP-ku dulu. Aku baru tau waktu diundang ke pesta ulang tahunnya kemarin,” jelas Mita.
“Eh, kalian tau nggak hadiah yang diberikan Arif buat Tika? Romantis sekali deh,” sambung Mita lagi.
Vina tanpa sadar langsung bersuara, “Anak Kucing!”
Mita kaget dan menatap Vina dengan heran. Kog kamu tau Vin?”
“Ya, tau lah. Aku aku kan masih ada hubungan darah dengan mama Loren,” jawab Vina ngawur sok cuek menyedot es jeruknya hinga habis.

Cerpen : Abu Nawas


Abu Nawas kaget, ketika seorang utusan Baginda Raja datang ke rumahnya. la harus menghadap Baginda secepatnya. Entah permainan apa lagi yang akan dihadapi kali ini. Pikiran Abu Nawas berloncatan ke sana kemari.
Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman.
Raja: “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan.
Abu N: “Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil.” tanya Abu Nawas.
Abu N: “Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda.
Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti, tetapi ia bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin . Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak.
Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. Ia yakin bahwa dengan berpikirakan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.
Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap.
Mungkin sudah takdir, kayaknya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda, la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.
Abu N: “Bukankah jin itu tidak terlihat?”
Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. ia berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian manuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.
Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas.
Raja: ” Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas ? “
Abu N: “Sudah Paduka yang mulia.” jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu. Baginda menimbang-nimang batol itu.
Raja: “Mana angin itu, hai Abu Nawas?” tanya Baginda.
Abu N: “Di dalam, Tuanku yang mulia.” jawab Abu Nawas penuh takzim.
Raja: “Aku tak melihat apa-apa.” kata Baginda Raja.
Abu N: “Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu.”
kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka. Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung.
Raja: “Bau apa ini, hai Abu Nawas?” tanya Baginda marah.
Abu N: “Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol.” kata Abu Nawas ketakutan.
Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Heheheheh kau memang pintar Abu Nawas. Tapi, jangan keburu tertawa dulu, dengar dulu apa kata Abu Nawas.
Abu N: “Baginda….!”
Raja: “Ya Abu Nawas !”
Abu N: “Hamba sebenarnya cukup pusing memikirkan cara melaksanakan tugas memenjarakan angin ini.”
Raja: “Lalu apa? maksudmu Abu Nawas?”
Abu N: “Hamba, meminta ganti rugi’”
Raja: “Kau hendak memeras seorang Raja?”
Abu N: “Oh, bukan begitu Baginda.”
Raja: “Lalu apa maumu?”
Abu N: “Baginda harus memberi saya hadiah berupa uang sekedar untuk bisa belanja dalam satu bulan.”
Raja: “Kalau tidak?” tantang Baginda.
Abu N: “Kalau tidak, hamba akan menceritakan kepada khalayak ramai bahwa
Baginda telah dengan sengaja mencium kentut hamba!”
Raja: “Hah?” Baginda kaget dan jengkel tapi kemudian tertawa terbahak-bahak. “Baik permintaanmu kukabulkan!”

Jumat, 20 April 2012

CERPEN : Best Friend :)


Dengan cepat ku berlari ke kelas Mitha, tergesa-gesa ku mengerjarnya. Beberapa menit ku berhenti sejenak untuk menghirup oksigen.
“Mithaaa……!!!” teriak ku.
Semua anak yang berada di kelas Mitha kaget karena mendengar teriakanku.
“Mitha mana?” Tanya ku kepada anak-anak yang ada di kelas Mitha.
“mungkin ke perpus.” Jawab salah satu temannya Mitha.
“ooo, thank’s!” aku pun langsung pergi ke perpus, seperti apa yang di katakan temannya Mitha. Aku berlari sangat kencang seperti mau perang *alah!! Lebay* setelah sampai di depan perpus, aku langsung menghentikan lari kakiku. Aku pun masuk perpus dengan perlahan-lahan karena di perpus semua orang di larang ribut!! Sekali-kali rebut gak boleh apa??
“duuh… dimana sih Mitha??” Tanya ku dalam hati.
Lalu…. “Riri!!!!” teriak Mitha memanggilku. Semua orang yang ada di perpus langsung menoleh ke arah Mitha dan aku. Ternyata masih ada yang lupa kalau di perpus nggak boleh rebut, apalagi kalau teriak. Dasar Mitha bodoh!!.
“huuuh… ngak usah pake teriak kale!! Apalagi ini di perpus.” Ku menggerutu pada Mitha.
“keceplosan…” jawab Mitha. Mitha orangnya memang agak latah, jadi dia sering keceplosan kalo ngomong.
“huh!! Kebiasaan. Gue ada perlu sama lho.” Aku dan Mitha pun keluar perpustakaan.
“ada perlu apaan sih??” Tanya Mitha.
“tahu nggak!! Tadi gue nyari lho sampe ke mana-mana, dan gue teriak-teriak nama  lho. Ternyata lho malah ada di perpus.” Kesal ku.
“lho perhitungan banget sih kalo mau nyari gue. Langsung ke intinya aja!! Emang ada apaan sih??” heran Mitha.
“gini… nyokap gue pengen ngajakin gue berlibur ke puncak. Kata nyokap gue sekalian mau ketemuan sama temen nyokap gue waktu SMA. Nah… temen nyokap gue ini punya anak cowo yang pengen di kenalin sama gue. Dan gue takutnya kalo gue nggak suka sama anaknya. Misalnya gue nggak suka, gue kan ada lho. trus, gue tahu kalo Lho itu bisa melihat sifat orang dari luar dan fisiknya. Gue pengen lho ikut gue berlibur n….”
“melihat sifat aslinya kaya gimana, iya kan???” “gitu doang ribet!!” Mitha langsung menyambung kata-kata gue yang panjang kaya ular. “ beres deh, apalagi di ajak berlibur pasti seru banget.”
“hmmm, untung  deh kalo lho mau.” ku merasa lega.
“emangnya kapan kita berlibur?” Tanya Mitha.
“minggu depan” singkat ku.
***
Seminggu kemudian….  
 Pukul setengah 5 subuh ku bangun dan segera mandi, lalu melaksanakan sholat. Setelah sholat aku langsung memeriksa barang-barangku kalo masih ada yang kurang.
Akupun menuju rumahnya Mitha. Kira-kira Mitha udah bangun nggak ya??? Soalnya baru jam 5 sih.
Dirumah Mitha.
“Mithaaaaaaaaaaa….” Teriak ku.
Ku pun menunggu Mitha membuka pintunya. Tiba-tiba, ku mendengar langkah seseorang. Sepertinya itu Mitha.
“ya ampun, Riri!!!” apa kita perginya sepagi ini??” sewot Mitha yang masih belom mencuci mukanya.
“kalo siang nanti macet, lebiih cepat lebih baik kan??”
“cerewet lho!!!” sewot Mitha.
Mitha pun segera mandi. Hampir 1 jam aku menunggunya. Ternyata Mitha itu termasuk orang lelet. Jalannya aja siput, lama banget!!! Aku pun tertidur di dalam mobil.
“gue sudah siap!!!”teriak Mitha. Aku yang tadi tertidur pulas, langsung terbangun karena kaget mendengar suaranya Mitha.
“lama banget sih lho!!! Sejam gue dan mama gue nungguin lho!!” sebel gue.
“oh! Maaf ya… maaf ya tante, maklum saya kan cewe. Jadi dandannya lama.” Mohon Mitha.
“pake dandan segala, nanti juga ditengah jalan luntur tuh make up.” Tumpal ku.
“yang pentingkan narsis…” narsis Mitha.
Mitha pun langsung masuk ke mobil ku. Kami pun pergi ke puncak. Di jalan kami melihat pemandangan yang sangan indah dan sejuk. Tapi si Mitha malah menggigil karena kedinginan. Maklum aja, kami kan berangkat jam 6.
***
Sesampai di puncak.
“pak bejo… tolong bawain barang aku ya…” suruh ku pada pak supir kami.
“iya non.”
“malah tidur nih anak. Oyy Mitha!! Cepat bangun… kita udah sampe nih.” Aku langsung menarik tangan Mitha yang dingin.
“sabaran dong! Masih ngantuk nih.” Jawab Mitha
“ayo Mitha. Ini sudah siang lo.” Paksa mama.
“i..i..iya deh tante.” Mitha langsung bangun. Huh!! Kalo mama yang nyuruh, langsung cepet bangun. Coba gue, sejam juga gak bakalan bangun walaupun sudah gue banting-banting bantal ke wajahnya.
Kami pun masuk ke vila. Kami meletakkan barang-barang kami  ke kamar. Karena cape’  aku langsung duduk di sofa sambil menonton tv. Tapi Mitha malah beres-beres barangnya. Kalo gue beresin barang gue, nggak bakalan sanggup. Soalnya barang gue kan 2 koper. Kalo barangnya Mitha Cuma sedikit, jadi dia gampang beres-beres.
Setelah Mitha selesai membereskan barangnya. Kami langsung ke taman di belakang vila. Disana sangaaaaaat indah, rasanya kaya di surga *ngarep!!*.Aku dan Mitha hanya ngobrol-ngobrol. Kami membicarakan pelajaran sekolah, ngegosip anak-anak sekolah kami dan sekolah lain. Nggak lupa ngegosipin idola kami.
Tak lama kami ngobrol. Tiba-tiba, sebuah mobil singgah didepan vila kami. Aku dan Mitha sudah menduga kalo yang di dalam mobil itu temennya SMA mama. Aku dan Mitha langsung ke dalam vila, untuk bersembunyi*kaya detektif gitu…*.
“Riri…. Mitha…. Ayo anak-anak kesini!!” panggil mama.
Aku dan Mitha pun langsung berlari ke teras vila, di tempat mama sekarang. Setelah kami tiba didekat mama, temen mama ku keluar dari mobil.
“halo jeng… apa kabar?” Tanya mama ku sambil memeluk temennya. Keibu-ibu arisan banget ya???
“baik jeng…” jawab temen mamaku “ ini anak jeng ya?? Lho? Kok ada dua? Katanya Cuma punya anak satu?” heran temen mamaku.
“oh.. yang ini anak saya, namanya Riri. Kalau dia temennya  Riri, namanya Mitha.” Jelas mama ku.
“oooh.. kirain anaknya juga.” Jawab temen mama ku.
“silahkan masuk jeng!” ajak mama.
“tunggu sebentar ya jeng.” “Rio!!! Ayo kita masuk” memanggil anaknya.
Mata ku dan Mitha langsung ke arah mobil yang ditumpangi teman mama ku. Kami ingin lihat wajah anaknya temen mamaku ya bernama ‘Rio’ itu. Dan saat dia keluar….
“sabaran dikit dong ma!” “rio ini lagi sibuk beresin barang-barang mama nih” jawab Rio.
“makasih ya sayang kamu memang baik” “kenalin jeng, ini anak ku, namanya Rio”
“hallo Rio.. saya adalah tante sonya dan kenalin ini anak tante, namanya Riri”
Aku dan Mitha terkejut melihat wajahnya Rio, dia begitu tampan dan menawan. Gila!! Bikin hati ini serasa melayang.
“hai!! Aku Rio.” Sambil menyulurkan tangannya.
“eee…. Aku Riri” sambil menyambut tangannya Rio. Aku terbengong saat berjabatan dengannya. Tapi  ku langsung sadar saat Mitha membangunkanku dari khayalan. “sorry…”
“gak papa” jawab Rio. “hai aku Rio” menyapa Mitha.
“aku udah tahu nama lho! Kan barusan lho ngomong. Gue Mitha, temennya Riri. Maaf ya, tadi Cuma bercanda. He…he….” Jawab Mitha.
“ngelawak lho ya?” balas Rio.
“nggak! Lagi nyanyi.” Jawab mitha.
“hhaaa….” Semuanya pun tertawa mendengar lawakan dari Mitha. Mitha memang jago ngelawak, jadi semua orang bisa tertawa terbahak-bahak mendengar dari lawakannya.
Kami pun masuk ke vila. Selagi Rio lagi memberesin barangnya di kamar, aku dan Mitha pun masuk kekamar ku untuk membicarakan Rio.
“ternyata Rio nggak sejelek yang lho kira. Malahan dia juga ramah.” Bilang Mitha.
“iya. Dia juga ganteng. Gue ngggak bisa berhenti membayangkan wajahnya.” “ooo…. So sweet” gumam ku.
“trus… lho mo ngapain?? Tanya Mitha.
“PDKT lah…” jawab ku.
“bagi-bagi boleh dong!” minta Mitha.
“enak aja!!”
“pelit lho!!”
“biarin…”
Selama liburan di puncak, sangat menyenangkan bagiku. Kami semua bersenang-senang disana, apalagi disana ada Rio sang pujaan hati…
Dan beritanya adalah Rio bakalan sekolah di sekolah ku dan Mitha. Itu sangat membuat ku bahagia. Berarti aku bisa melihatnya sepanjang hari. Liburan kami pun sudah selesai aku, mam dan Mitha kembali kerumah. Sedangkan Rio dan mamanya mencari tempat tinggal baru di kota kami.
***
Di sekolah.
Aku sudah nggak sabar untuk bertemu dengan Rio. Apa Rio sekelas dengan ku yaah???
Bel masuk pelajaran berbunyi.
“pagi anak-anak!!” sapa bu guru.
“pagi bu…” jawab anak-anak dan aku yang penuh semangat.
“silahkan ambil buku pelajarannya masing-masing.” Suruh bu guru.
(dalam hati) “lho?? Kok bu guru nggak ngenalin Rio sih?? Rio nya mana ya? Atau jangan-jangan Rio nggak sekelas dengan gue? Huuh!! Sial!!” geramku dalam hati.
Waktupun langsung berjalan. Aku yang tadinya semangat berubah menjadi loyo, karena Rio yang aku tunggu nggak sekelas denganku.
Waktu istirahat.
“Riri….” Sapa Mitha.
“apa?!” jawabku dengan lemas.
“loyo banget sih lho? Kenapa? Oh iya, gue mau ngasih tahu lho kalau si Rio sekelas dengan gue.”
Dug!! jantung gue yang tadinya berdetak biasa saja langsung berdegub kencang saat mendengar kata-kata Mitha.
“lho?? Kok bisa?”
“pasti bisa dong!!
Gue sebel banget saat Mitha bilang seperti itu, ia seperti meremehkanku yang suka sama Rio. Padahal ia juga tahu kalau gue suka sama Rio.
“oh ya?!!”jawabku dan ku langsung meninggalkan Mitha.
“kenapa gue ditinggalin sih? Gue tau, kalo lho cemburukan? Tadi gue Cuma manas-manasin lho doang kok!!” jelas Mitha.
“lho tega banget sih!! Jawabku.
“iya, iya… maaf ya..” rayu Mitha.
“iya deh!” jawabku dengan judes.
“maksih Riri…”
Hati ku pun mulai membaik saat kejadian tadi. Aku sadar, Mitha kan sahabat ku dan dia nggak bakalan nyakitin aku. Dan kami pun ke kantin untuk ngemil-ngemil apa aja yang kami inginkan. Saat kami makan….
“hei! Kalian disini juga ya?” sapa Rio.
“hei juga.” Jawab ku dan Mitha.
“gimana menurut lho sekolah disini?” Tanya ku.
“sekolahnya bagus, orang-orangnya juga asik. Kaya Mitha.” Jawab Rio.
“lho? Kok, Cuma Mitha? Aku nggak asik ya?” heran ku.
“iya lho juga.” Jawab Rio.
(dalam hati) “kok Rio gitu ya? Padahal hati gue sakiiiit banget” ucap ku.
Tet…tet…tet…
Bunyi bel masuk berbunyi.
“kita masuk kelas yuk Mitha” ajak Rio ke Mitha.
“yuk!” jawab Mitha.
“bye Riri…” ucap Mitha dan Rio. Merekapun meninggalkan ku.
“mentang-mentang sekelas, gue nggak dihiraukan lagi. Huh!!” ucap ku. Aku sangat kesal kalo melihat mereka jalan berdua. Apalagi tadi Rio ngak ngajak aku. Cuman ngajak Mitha. BT!!!
Setelah pelajaran berjalan tak terasa waktu pulangpun tiba. Dengan cepat-cepatku berjalan agar Mitha nggak pulang bareng sama aku. Aku masih sebel sama dia dan Rio, aku nggak pengen ngeliat mereka berduaan. Aku pun langsung masuk kemobil dan mengendarainya. Aku nggak peduli Mitha pulang pake apa. Yang penting sementara waktu aku nggak liat wajahnya.
Saat aku mengendarai mobil dan lampu merah pun bernyala, paksa aku harus berhenti. Lumayan lama ku menunggu lampu hijau bernyala. Saat itupun aku menoleh ke arah kiri mobilku, saat ku liat ternyata yang di dalam mobil adalah Rio. Tapi sepertinya dia nggak sendiri, itu kan Mitha. Ngapain Mitha pulang bareng sama Rio. Mereka keliatannya akrab banget, dan bikin aku makin cemburu. Apalagi lampu hijau belum nyala lagi, bikin hati aku panas aja.
Kemudian lampu hijau baru aja nyala, aku langsung nge-gas. Aku sudah nggak tahan lagi.
Seminggu sudah aku bertingkah laku seperti itu. Aku masih belum biasa ngeliat mereka berduaan, apalagi kalo mereka lagi bercanda. Kayaknya mereka ada hubungan sesuatu. Apa mereka pacaran ya?? Selain itu Mitha sekarang lebih sibuk sama Rio, dia nggak peduli lagi sama aku. Oke!! Kalo dia kaya gitu sama aku, aku juga bisa kok!!
Sudah sebulan lebih aku nggak negur Mitha. Dia juga bertanya-tanya sama aku apa salah dia. Apa dia nggak sadar kalo aku itu cemburu liat dia sama Rio. Atau dia memang juga suka sama Rio? Kenapa dia nggak bilang sama aku?, kenapa dia lebih sibuk sama Rio?, malahan aku kesepian. Mitha sekarang berubah karena Rio.
“riri! Lho kenapa sih?” Tanya Mitha.
“lho tuh yang kenapa?!!” balas gue.
“gue kenapa?? Emangnya gue salah apa sama lho?? Bilang dong!! Jangan lho diamin gue aja.” Ucap Mitha.
“lho nggak sadar apa salah lho? Lho tega banget ya??” jawab gue.
“oke! Sekarang gue ngaku salah. Tapi emangnya gue salah apaan?” heran Mitha.
“lho dengar baik-baik ya!! Lho itu lebih sibuk ngurusin si Rio. Lho juga lebih sering bareng Rio. Kalo lho punya temen baru, jangan lupain gue dong!! Atau lho suka sama Rio??” ucap ku.
“oo… gue sekarang ngerti. Sebenarnya lho cemburu kan?” ucap Mitha.
“gue bukan cemburu, tapi gue ngerasa lho menjauh dari gue.” Padahal gue emang cemburu sih.
“bukan begitu. Gue…… dan Rio lagi ngerjain tugas kelompok. Dan kebetulan kami sekelompok.” Ucap Mitha.
“masa kerja kelompok cuma berdua? Atau kalian lagi kencan??” ejek ku.
“Riri!!! Lho kok gitu sih?! Jaga mulut lho ya!!” ancam Mitha.
“whatever!!! Sekarang  gue nggak mau liat muka lho lagi. Lebih baik lho ngak usah anggap gue sahabat lho lagi.” Aku pun langsung pergi meninggalkan Mitha.
“emang gue takut apa???!!!” teriak Mitha.
***
Aku nggak nyangka dia bakalan biarin aku pergi. Mitha memeng benar-benar berubah!
“tumben lho nggak bareng Mitha?” Tanya temannya Mitha.
“apa urusan lho??” Tanya balik.
“santai aja dong. Persahabatan kalian lagi runyam ya?? Gue denger sih gara-gara Rio. Sekarang mereka jadian tuh.” Ucapnya.
“yang bener lho??” Tanya gue.
Aku memang nggak salah, ternyata selama ini mereka itu pacaran. Kenapa Mitha tega sama aku? Padahal dia tahu aku juga suka sama Rio.
“emang bener kok!!” jawab temennya Mitha.
Aku pun pulang, karena bete dirumah lebih baik aku jalan aja ke mall.
Aku berkeliling mall mencari barang yang menarik bagi ku. aku pun tertuju ke toko aksesoris. Kesana-sini aku mencari barang. Lalu, langkah ku terhenti karena melihat seseorang, yaitu seorang cewe dan cowo. Sepertinya aku kenal sama yang cowo, aku pun mengikuti mereka. Ternyata itu Rio dengan seorang cewe, tapi aku nggak tahu siapa cewe itu. Dia bukan Mitha, apa yang mau dilakuin Rio ya?? Kalo dia pacaran sama Mitha, harusnya dia jalan bareng Mitha. Sekarang gue tahu siapa Rio itu.
***
Ke esokkan harinya…
“eh, Mitha! Gue mau Tanya sama lho.” Ucap ku.
“gue nggak ada waktu.” Jawab Mitha.
“gue Cuma mau nanya, kemaren lho kemana?” Tanya ku.
“bukan urusan lho kan?” jawab Mitha.
“gue serius! Jawab dong!!”ucap ku.
“buat apaan sih?” Tanya Mitha.
“jawab aja.”
“nggak kemana-mana. Emang kenapa?” ucap Mitha.
“trus, lho tahu kemaren Rio kemana?”
“dia bilang sih dirumah. Lho pasti mau ngerencanain sesuatu kan?” ucapnya.
“asal lho tahu, kemaren gue ngeliat Rio di mall. Dia bareng sama seorang cewe.” Ucap ku.
“lho jangan ngengadu domba dong.” Jawab Mitha.
“gue nggak ngengadu dmba, gue nggak bohong. Tanya aja sama Rio. Pasti saat lho nanya sama dia,  dia bakalan terkejut.” Ucap gue.
“gue nggak percaya” jawab Mitha.
“terserah!! Lho juga kok.” ucap Ku.
Tiba-tiba Rio datang.
“hei, kalian ngapain disini?” Tanya Rio.
“rio, kemaren lho ke mall ya??” Tanya Mitha ke Rio.
“e, e, e… nggak kok. Aku kan sudah bilang kemaren di rumah.” Ucapnya.
“nggak usah bohong deh Rio. Asal lho tahu, kemaren gue ngeliat lho ke mall bareng cewe.” Ucap ku.
“gue emang ke mall, tapi gue barengnya sama sepupu gue.” Jawabnya.
“masa sih? Kenapa Cuma berdua? Kenapa lho mau nemenin dia ke tempat aksesoris cewe? Gue rasa nggak ada cowo yang mau ke tempat aksesoris cewe. Terkecuali nemenin cewenya.” Ucap ku.
“lho jangan ngaco dong! Mitha… gue nggak selingkuh kok.” Ucap Rio.
“katanya lho di rumah ternyata lho malah jalan sama cewe” ucap Mitha.
“selesain masalah kalian sendiri deh, gue mau ke kelas.” Jawab ku.
Aku pun meninggalkan mereka. Nggak tahu kenapa aku ngerasa lebih lega. Mungkin aku sudah melakukan balas dendam. Heh….
***
Di rumah.
Tok,tok,tok…
Kayaknya ada tamu yang datang. Aku pun turun dan membuka pintu. Aku sangat terkejut saat membuka pintu, ternyata yang datang adalah Mitha. Ku liat matanya sembab, seperti habis menangis.
“lho kenapa Mit?? Lho habis nangis ya??” Tanya ku.
“gue udah salah memilih Rio dibandingkan sahabat gue sendiri. Ri… lho mau nggak maafin gue?” ucap Mitha.
“karena gue orangnya baik hati. Jadi gue maafin lho.” Ucap ku.
“makasih ya Ri, gue nggak tahu misalnya lho nggak mau maafin gue.”
“emangnya lho kenapa?” ku heran.
“gue nggak nyangka kalo Rio itu ternyata playboy. Bukan cuma satu cewe, malahan belasan.” Ucap Mitha sambil menangis.
“yang sabar ya…”
Untung bukan gue yang jadi korban. Ternyata gue dan Mitha sudah salah memilih cowo.
Sekarang kami sudah berjanji persahabatan ini tidak akan hancur hanya seorang cowo.
***TAMAT***

Rabu, 28 Maret 2012

1. Sakura


Bunga yang 'Jepang banget'... Pada saat mekar, pemandangan yang disajikan akan luar biasa. Warna yang paling indah dari bunga ini adalah putih dan pink. Bahkan pada saat jatuh dan terhampar di tanah, pemandangan yang disajikan oleh bunga ini akan sangat luar biasa.


2. Canna


Bunga ini tidak hanya memberikan keindahan kelopaknya, tapi juga daun yang indah dengan berbagai warna ceria. Bunga Canna ini sempat menjadi bunga terindah di zaman Victoria

3. Colorado Columbine


Bunga ini tumbuh di dataran tinggi Rocky Mountains, diatas ketinggian 14.000 kaki diatas tanah. Bunga ini akan menyapa anda begitu anda berhasil melewati ketinggian tersebut.

4. Hydrangea


Indah sekali bukan? Bagaikan bola salju di musim gugur. Kelompok bunga yang berbentuk bintang dengan warna warna lembut pastel, menunjukkan kepolosan, dan sering muncul di buket pernikahan.

5. Lily of the Valley


Bunga ini muncul di musim semi di daerah empat musim. Bunga Lily of the Valley ini merupakan inspirasi dari beberapa legenda, misalnya legenda Nasrani yang mengatakan bahwa air mata Bunda Maria yang jatuh di Salib Yesus berubah menjadi bunga ini. Atau legenda yang mengatakan bahwa bunga ini muncul dari darah St. George yang berperang melawan seekor naga.

6. Calla Lily


Bunga cantik ini mempesona dan elegan, tapi jangan salah, ternyata bunga ini sangat beracun dan dapat membunuh anak kecil atau bahkan sappi jika tertelan!

7. Black Eyed Susan


Bunga abadi yang selalu tampil ceria. Bunga yang kontras dengna kelopak kuning dan bagian tengah yang gelap membuatnya tidak mudah untuk dilewati begitu saja.

8. Bleeding Heart


Bunga mungil yang indah seperti berasal dari dunia peri ini adalah bunga yang selalu dipilih untuk menghiasi taman yang teduh dan segar.

9. Blue Bells


Di musim semi, banyak sekali hutan di Eropa yang tiba-tiba seakan memiliki karpet berwarna ungu, yang tidak lain adalah bunga ini. Blue Bells dianggap melambangkan kesendirian dan penyesalan.

10. Lantana


Bunga yang lembut dengan kelopak merah muda dan kuning, adalah magnet kupu-kupu. Semak bunga ini dapat tumbuh besar dan warna kelopaknya akan berubah sesuai dengan umur tanaman.

11. Mawar


Mungkin bunga pertama yang akan dikenal oleh semua orang di Dunia. Simbol perasaan romantis dengan warna dan bau yang wangi, memberikan berbagai makna tersendiri bagi tiap warna mawar yang ada

12. Oriental Poppy


Bunga ini adalah bunga abadi, dengan bentuk yang lembut dan warna cerah mempesona. Setelah berkembang di musim semi, kelopaknya mati, tapi begitu hujan musim gugur datang, dan dan kelopak bunga ini akan kembali muncul

13. Mussaenda erythrophylla (Ashanti Blood, Red Flag Bush, Tropical Dogwood)


Bunga ini dikenal di daerah tropis, terutama Afrika Barat sampai ke Asia Tenggara dan Cina Selatan. Bunga ini tidak hanya indah, tapi juga pasti akan mengundang lebah madu, kupu-kupu bahkan burung kolibri.

14. Begonia


Bunga ini pertama kali diperkenalkan di Inggris pada 1777. Dan sekarang menjadi salah satu bunga yang paling terkenal di Amerika. Begonia dikenal bukan hanya karena bunga-nya, tapi juga karena keindahan daunnya.

15. Soka


Dikenal juga sebagai Melati India Barat, sering digunakan dalam upacara agama Hindu India dan pengobatan tradisional India. Bunga yang merah menyala dengan dasar daun yang hijau memberikan kontras yang indah.

16. Dendrobium
  
Dendrobium adalah tipe anggrek tropis. Begitu berbunga, kelompok bunga yang ada selalu lembut dan terbentuk sempurna, sehingga tampak ajaib bagi penikmatnya.